PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 9)

 PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 9)

Penulis : Merphin Panjaitan (Tokoh Oikumene dan Pemerhati Sosial)

Negara Bumi

Manusia kini hidup dalam sekitar 200 negara;  dengan kemajuan dan kekayaan berbeda; dengan jumlah penduduk sangat berbeda; dengan luas wilayah yang sangat berbeda; dengan kepentingan nasional berbeda; tetapi hidup di bumi yang sama. Dan oleh karena itu, manusia perlu membuka dialog yang tulus, terbuka, konstruktif, dan produktif; menyepakati agenda bersama umat manusia. Tidak ada satu bangsa pun yang mampu mengatasi krisis bumi sendirian; krisis bumi adalah krisis bersama dan kita harus mengatasinya bersama-sama; melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi adalah tanggungjawab bersama manusia. Manusia tidak boleh menyerah kalah terhadap kondisi buruk ini; manusia harus tetap mampu berpikir kreatif dan kerja keras; manusia bergerak keluar dari perangkap keterbelakangan; gotongroyong menjawab tantangan bersama, dengan jawaban yang setimpal; menggunakan waktu yang tinggal sedikit. Ketidakmampuan manusia menyelaraskan diri dengan berbagai keterbatasan telah menimbulkan kerusakan bumi, yang merugikan segala ciptaan. Perlu diingat, politik, ekonomi, ilmu dan teknologi, serta lingkungan hidup saling terkait; misalnya, ledakan penduduk menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dan bumi; dan ledakan penduduk terjadi akibat kebijakan politik yang membiarkan perkawinan dini; ditambah lagi dengan rendahnya posisi perempuan di tengah masyarakat dan negara. Dan oleh karena itu, semua kerusakan di atas hanya akan bisa diatasi kalau didukung kebijakan politik berupa penguatan perempuan dan penghapusan perkawinan dini.

Negara-negara bangsa secara bersama-sama telah gagal mewujudkan keutuhan segala ciptaan; gagal melestarikan bumi; gagal menghentikan ledakan penduduk; gagal menghentikan perkawinan dini; gagal mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh manusia; gagal menghentikan peperangan antar negara; gagal memusnahkan semua senjata nuklir; gagal menurunkan anggaran militer; belum berhasil menemukan dan menempati Bumi Kedua, Bumi Ketiga dan seterusnya; dan setumpuk kegagalan lainnya.

Saya pikir, negara bangsa saja tidak cukup, manusia dan bumi membutuhkan satu negara bumi. Sudah tiba waktunya, masyarakat manusia menyelenggarakan satu negara bumi; dan untuk itu dibutuhkan suatu kontrak sosial baru, yaitu kontrak sosial pendirian negara bumi, yang disepakati penduduk bumi, dan dijadikan dasar keberadaan negara bumi itu. Negara bumi berwenang memaksakan keputusannya dengan menggunakan kekerasan, di seluruh wilayahnya. Kewenangan tersebut meliputi antara lain: menghentikan ledakan penduduk bumi; menentukan batas maksimal jumlah penduduk bumi; mengadili dan menghukum para pelaku yang terlibat dalam perkawinan dini;  mengatur penggunaan sumberdaya bumi; melestarikan bumi dan menjamin keutuhan segala ciptaan.

Bangsa-bangsa harus menjalankan kerjasama global; krisis bumi ini harus dijadikan tantangan bersama masyarakat global, tanpa membedakan bangsa dan negara, ras dan suku, agama dan kepercayaan. Tujuannya adalah kehidupan berkecukupan segala mahluk; lingkungan kembali utuh dan bumi lestari. Gotongroyong global ini akan mengurangi kompetisi dan konflik global; akan mendekatkan berbagai kepentingan nasional yang tadinya sangat berjauhan; akan mengurangi ketimpangan global; akan mengurangi kemiskinan dan pengangguran; akan menghapus eksploitasi berlebihan terhadap bumi, dan seterusnya; dan kita bisa berharap kerusakan lingkungan segera diperbaiki dan bumi terselamatkan. Dan untuk mewujudkan kondisi di atas, perlu disusun suatu strategi bersama, yang akan dijalankan bersama seluruh bangsa-bangsa di muka bumi; dan strategi itu adalah berbagai langkah-langkah besar yang perlu dilakukan oleh bangsa-bangsa di lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB); bantu-membantu dan tolong menolong untuk mewujudkan kehidupan berkecukupan bagi segala mahluk di bumi lestari. Saya pikir, sudah tiba waktunya, masyarakat manusia menyelenggarakan satu Negara Bumi, yang kewenangan dan anggarannya berasal dari negara-negara anggota PBB. PBB secara berkala bersidang menentukan anggaran belanja ngara bumi, misalnya untuk selama 5 tahun, dengan anggaran belanja sekitar 5 % dari produksi bumi. (Tamat)

Related post