PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 8)

 PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 8)

Penulis : Merphin Panjaitan (Tokoh Oikumene dan Pemerhati Sosial)

Kejadian 1: 1, 21-22, 26-28, 29-31.

Untuk menjelaskan nilai Persaudaraan Segala Ciptaan dari perspektif Kristen, saya menggunakan bantuan Kejadian 1; 1,  21-22,  26-28,  29-31.  Kejadian 1: 1: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Kejadian 1: 21-22: Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan  dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak. Kejadian 1: 26-28: Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka dan berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Kejadian 1: 29-31: Berfirmanlah Allah “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuhan yang menghasilkan biji di seluruh muka bumi dan segala pohon yang buahnya berbiji. Semua itu menjadi makananmu. Namun kepada segala binatang liar, segala burung di udara dan segala binatang yang melata di bumi, segala binatang yang bernyawa itu Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Maka jadilah demikian. Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik. Lalu jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari keenam.

Allah menciptakan Jagatraya; bintang-bintang termasuk matahari, planit-planit dan satelitnya, benda-benda langit lainnya; dan waktu. Menurut ukuran waktu, semuanya itu terjadi secara evolusi;  evolusi dan revolusi datang silih berganti, dan terjadilah seperti yang kita lihat sekarang ini. Kemudian Allah menciptakan dan memberkati hewan; setelah itu Allah menciptakan dan memberkati manusia; Allah juga menciptakan tumbuhan untuk dijadikan makanan hewan dan manusia; dan semua mahluk ini diperintahkan memenuhi bumi.  Berdasarkan teks Alkitab ini, saya berkesimpulan Allah terlebih dahulu menciptakan tumbuhan; dan tumbuhan ini dijadikan makanan hewan dan manusia.  Selanjutnya Allah menciptakan hewan; manusia hidup dengan makan tumbuhan dan hewan. Allah menganugerahkan kemampuan berpikir kepada manusia; manusia mampu berpikir dan dengan kemampuan itu manusia mengembangkan ilmu, teknologi dan seni. Dari aspek biologis, manusia mempunyai banyak persamaan dengan hewan, tetapi dari aspek rasional, moral dan spiritual manusia berbeda jauh dengan hewan. Allah memberi tugas dan tanggungjawab penatalayanan bumi serta ciptaan lainnya kepada manusia.

Tugas dan tanggungjawab penatalayanan bumi dan segala isinya dijalankan manusia berdasarkan nilai Persaudaraan Segala Ciptaan; karena kehidupan ini bermula pada nilai Persaudaraan Segala Ciptaan. Persaudaraan Segala Ciptaan menggerakkan berbagai macam atom dalam benda mati untuk saling mendekat, dan secara evolusi membentuk molekul-molekul kehidupan, yang kemudian berubah menjadi mahluk hidup satu sel. Melalui proses evolusi dan revolusi mahluk pendahulu spesies ini berubah menjadi spesis-spesies seperti sekarang ini. Berbagai kekuatan yang menghasilkan kehidupan ini saya sebut sebagai Persaudaraan Segala Ciptaan.

Persaudaraan Segala Ciptaan adalah pengakuan manusia bahwa manusia dengan ciptaan lainnya bersaudara. Persaudaraan manusia dengan ciptaan lainnya memberi hak kepada ciptaan lainnya untuk menerima perlakuan persaudaraan dari manusia, dalam bentuk perhatian dan pemeliharaan yang layak dari saudaranya yang bernama manusia. Manusia harus mampu merasakan penderitaan hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya, dan berbuat sesuatu untuk menghilangkan atau mengurangi penderitaan tersebut. Manusia harus mencegah terjadinya kerusakan dan penderitaan ciptaan lainnya; dan kalau sudah terjadi, yang biasanya akibat dari kecongkakan dan kebodohan manusia sendiri, manusia harus segera menjalankan rehabilitasi yang cukup, agar kondisinya pulih dan menjadi baik seperti semula. Berdasarkan pemikiran ini, pelestarian lingkungan hidup adalah sikap dan tindakan persaudaraan manusia terhadap bumi dan segala isinya. Pelestarian lingkungan hidup harus mendapat prioritas dalam semua kegiatan manusia, baik dalam kegiatan kemasyarakatan, ataupun kegiatan kenegaraan, dan dalam kegiatan antar negara. Dan kalau pelestarian lingkungan hidup gagal, persaudaraan manusia dengan ciptaan lainnya terkoyak, bencana akan terjadi dan yang paling menderita adalah manusia. Persaudaraan Segala Ciptaan memberi hak kepada ciptaan lainnya mendapatkan sikap persaudaraan dari manusia, dalam bentuk perhatian dan pemeliharaan. Manusia harus mampu merasakan penderitaan hewan, tumbuhan, mikro organisme, tanah, air, udara, bumi, dan ciptaan lainnya; dan manusia harus berbuat untuk menghilangkan atau mengurangi penderitaan tersebut.

Persaudaraan Segala Ciptaan menjadi keharusan untuk keutuhan ciptaan, dan sebaliknya rusaknya persaudaraan ini akan mengancam keutuhan segala ciptaan itu sendiri, termasuk manusia. Keutuhan ciptaan membutuhkan persaudaraan segala ciptaan; persaudaraan sesama manusia; dan pengakuan manusia terhadap kedaulatan Tuhan atas segala ciptaan, termasuk manusia. Penyangkalan manusia terhadap kedaulatan Tuhan mengakibatkan kerusakan hubungan manusia dengan Tuhan, dan untuk memperbaiki kembali hubungan tersebut Tuhan menyediakan jalan-Nya.  Untuk itu manusia harus membarui diri, meninggalkan kesombongannya dan merendahkan diri dihadapan Tuhan; menerima dan menjalankan Injil Yesus Kristus; dan mengabarkan Injil Yesus Kristus kepada segala bangsa. (Bersambung)

Related post