PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 4)

 PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 4)

Penulis : Merphin Panjaitan (Tokoh Oikumene dan Pemerhati Sosial)

Kesombongan Manusia Merusak Bumi.

Kesombongan manusia terhadap ciptaan lainnya dimulai dengan ledakan penduduk; ledakan penduduk bumi membuat manusia terlalu banyak; dan manusia yang banyak ini menghabiskan terlalu banyak sumberdaya bumi; dan membuang terlalu banyak limbah. Ledakan kemakmuran mendorong industri memproduksi terlalu banyak barang dan jasa; dan proses produksi ini mengekspolitasi sumberdaya bumi secara berlebihan, melebihi kemampuan bumi regenerasi; dan juga membuat polusi udara, air dan tanah. Spesies hewan dan tumbuhan berkurang, dan kalau manusia tidak mampu menahan diri, suatu waktu nanti manusia akan kesepian di muka bumi ini. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi, kalau jumlah penduduk dunia bertambah terus, dan bersamaan dengan itu, jumlah dan jenis hewan dan tumbuhan tetap, atau hanya meningkat sedikit.

Kehidupan ini akan menjadi terlalu ramai dengan manusia; kemanapun kita pergi bertemu manusia; dan bersamaan dengan itu, luas hutan berkurang, air bersih berkurang, lahan kritis bertambah luas, dan seterusnya.  Tanda-tanda ke arah sana semakin jelas; di banyak tempat yang tadinya ramai suara burung, sekarang mulai sepi karena burung-burung tersebut sudah punah. Manusia sekarang ini lebih mudah bertemu manusia, daripada bertemu tumbuhan dan hewan; dan kondisi ini memperlihatkan ada yang salah dalam kehidupan bersama mahluk bumi. Ledakan penduduk mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, seperti: kerusakan hutan, tanah kritis, sungai dan danau yang menyempit dan dangkal. Kerusakan hutan alam di Indonesia telah mengakibatkan berbagai bencana alam, seperti longsor dan banjir di musim hujan, dan kekeringan di musim kemarau.

Luas hutan semakin menyempit, menurunkan kemampuan alam menyerap air hujan, hingga mengurangi volume air tanah dan air permukaan. Pada musim hujan di lahan gundul bekas hutan terjadi erosi, dan menjadi lumpur yang hanyut ke sungai dan danau, mengakibatkan pendangkalan. Berita kerusakan bumi tampil dalam media massa, seperti perubahan iklim; polusi udara, sungai, danau dan laut; banjir dan longsor; keringan dan kekurangan air bersih; banyak jenis hewan dan tumbuhan punah. Semua ini menggambarkan bumi sedang mengalami krisis berat, dan krisis ini cepat atau lambat akan mengancam keberadaan mahluk hidup, termasuk manusia; dan penyebab utama bencana ini adalah mahluk paling cerdas, bernama manusia.  Banyak warga manusia menggunakan ilmu dan teknologi yang merusak bumi, tempat tinggal bersama segala mahluk.  Proses produksi dan konsumsi manusia  menjadi beban berat bagi bumi yang sedang menderita akibat ledakan penduduk dan peningkatan kemakmuran masyarakat;  membuat bumi berjalan terseok-seok keberatan beban.

Pertumbuhan penduduk bumi pada awalnya sangat lambat, tetapi setelah Revolusi Industri, penduduk dunia bertumbuh dengan sangat cepat, sehingga sekarang ini kita mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang terlalu cepat ini, kalau tidak bisa dikendalikan,  akan mengancam kehidupan segala ciptaan di muka bumi ini, termasuk kehidupan manusia dan bumi itu sendiri. Dua juta tahun lalu, diperkirakan penduduk Bumi kurang dari 1 juta; awal Revolusi Pertanian, 12000 tahun lalu, diperkirakan tidak lebih dari 10 juta. Pada awal Masehi penduduk Bumi diperkirakan sekitar 250 juta jiwa, dan pada tahun 1830: 1 M. Selanjutnya penduduk dunia bertumbuh dengan cepat, pada tahun 1930: 2 M, 1960: 3 M, 1975: 4 M, 1986: 5 M, 1990: 5,3 M, 2000: 6,1 M, 2010: 6,9 M, 2015: 7,3 M, 2019: 7,7 M. Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, disertai dengan kemajuan industri dan ketamakan manusia, mendorong eksploitasi bumi melebihi kemampuannya regenerasi, dan kondisi ini mengancam keberadaan manusia, mahluk hidup lainnya dan bumi itu sendiri. (Bersambung)

Related post