Tantangan Merawat Harapan Menapaki Masa Pensiun dan Lansia (Bag. 2)

 Tantangan Merawat Harapan Menapaki Masa Pensiun dan Lansia (Bag. 2)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit. Penulis Buku “Keceriaan Masa Pensiun”

Lansia merawat Harapan

Berdasarkan Survey Angkatan Kerja Nasional 2020, jumlah Kaum Lansia di Indonesia  26,82 juta dan lebih dari separuh (52,95 persen) menetap di perkotaan. Penyebabnya beragam, seperti faktor keluarga hingga tuntutan bekerja di usia senja. Bagi penduduk lansia, “menua” di kota besar pada sisi lain memberi manfaat karena ragam fasilitas yang tersedia. Selama ini amanah dari UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yakni bahwa Lansia berhak memiliki hak-hak khusus, diantaranya pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pelatihan, serta kemudahan dalam penggunaan fasilitas sarana dan prasarana umum masih terbatas di kota-kota besar. 

Namun, di sisi lain ragam fasilitas tersebut tentu berbanding lurus pula dengan kebutuhan dana pada hari tua. Karena itu, sebagian lansia di perkotaan masih bekerja meski telah berusia di atas 60 tahun untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hal itu terlihat dari komposisi

kegiatan Lansia di perkotaan sebagai berikut: Bekerja 44,01 %, Mengurus rumah tangga 35, 79 %, Menganggur 1,16 %, dan Lainnya 19,04 %.

Kebutuhan masalah ekonomi, tekanan finansial yang berkelindan dengan produktivitas yang menurun menjadi bagian dari tantangan yang harus dihadapi. Pensiunan menghadapi problemnya. Pasalnya, saat pensiun tiba, lapangan kerja yang tercipta tidak sesuai kapasitas yang dimiliki. Ditambah lagi cukup banyak angkatan kerja baru yang masuk di persaingan pasar kerja.  Imbasnya, upaya sistematis ke arah merdeka finansial setelah pensiun akan sulit tercapai.

Jika stasiun-stasiun televisi menyiarkan suasana kehidupan pensiunan di berbagai negara maju, lebih banyak dalam bungkus program acara jalan-jalan, wisata, atau liburan. Sementara di kesempatan lain terlihat pemandangan warga lanjut usia duduk santai membaca buku atau roman sastra kontemporer di Taman Kota menikmati sore dan matahari yang hendak terbenam dari ketinggian. Anak-anak berlarian gembira, sedangkan yang muda asyik berjaga dengan latar belakang gedung- gedung tinggi. Sungguh, pemandangan yang membahagiakan. Harus diakui pemandangan itu sangat menggoda dan saat itu pulalah terbersit cahaya harapan, apakah itu mungkin terjadi kepada pensiunan dan Lansia di negeri kita?

Guna mewujudkan pensiunan dan lansia seperti itu di Indonesia, sama sekali tidak mustahil, tetapi harus ada kesehatian, yaitu keberpihakan dalam tataran konsep dan teknis yang mendasar untuk dapat merdeka finansial.

Mungkin kita harus menghayati apa yang dikatakan Rasul Petrus, “Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia tetapi menurut kehendak Allah” (1 Petrus 4:2). Karena hidup adalah anugerah, mari kita jalani dengan niat baik dan semangat bèrkarya sesuai kehendak Allah.

(Bersambung)

Related post