Varian Delta Melumpuhkan Ekonomi Inggris

 Varian Delta Melumpuhkan Ekonomi Inggris

Sumber foto : Kompas.com

Penyebaran Covid-19 Varian Delta sejak Juli lalu hingga sekarang secara tidak terduga melumpuhkan pergerakan ekonomi di Inggris. Pelonggaran pembatasan sosial justru melahirkan apa yang disebut pingdemic ketika para pekerja justru tidak memilih untuk mengasingkan diri ketimbang bekerja sebagaimana biasa.

Kantor Satatistik Nasional sebagaimana pemberitaan Reuters, Jumat (10/9/2021) menyebutkan bahwa output ekonomi sejak Juli lalu naik hanya 0,1%. Hasil penelitian Reuters, memperkirakan pertumbuhan bulan ke bulan hanya mampu di kisaran 0,6% dalam produk domestik bruto.

Meskipun demikian, Menteri Keuangan Inggiris Rishi Sunak mengatakan bahwa dia yakin ekonomi akan terus pulih dari pandemi. Meski terlalu dini untuk berbicara tentang penarikan stimulus meskipun tekanan inflasi meningkat.

Awal pekan ini, Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) Andrew Bailey mengatakan dia melihat potensi pemulihan ekonomi akan terhambat akibat kekurangan tenaga kerja, masalah rantai pasokan global dan gangguan Brexit. Hal tersebut menurut Ekonomi Inggris Paul Dales mengakibatkan terjadinya gangguan PDB dan kenaikan inflasi sehingga akan meninggalkan bau “stagflasi di udara”.

Peningkatan kasus Covid-19 Varian Delta begitu tajam dan cepat Inggris yang mengakibatkan menyebabkan ratusan ribu pekerja diperintahkan untuk tinggal di rumah di bawah aturan isolasi diri yang telah dilonggarkan.

Hal tersebut berdampak langsung terhadap pasokan global yang terbatas akibat pengendalian pengeluaran oleh masyarakat. Output industri hanya tumbuh sebesar 1,2%, itupun dibantu dorongan kembalinya produksi ladang minyak di tengah ketidakbergerakan sektor manufaktur. Bahkan sektor konstruksi mengalami penurunan hingga 1,6% per bulan.

Krisis ini mengakibatkan Inggris mengalami defisit perdagangan barang mencapai angka tertinggi selama tujuh bulan terakhir yakni 12,7 miliar pound ($17,60 miliar). Tentu hal ini berdampak pada melebarnya perlambatan ekspor ke Uni Eropa  pasca-Brexit.

Tentu kondisi ini dapat menjadi gambaran bagi ekonomi global, termasuk Indonesia agar semakin waspada dalam tata Kelola kebijakan di tengah Pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Upaya menstabilisasi ekonomi dan penyeimbangan suplay and demand tentu akan menjadi perhatian utama pemerintah dengan menggandeng pihak-pihak terkait demi ketahanan ekonomi nasional di tengah dampak krisis ekonomi global. Antisipasi terhadap penyebaran varian-varian baru Covid-19 mesti ditingkatkan demi mengurangi potensi dampak yang lebih luas lagi.

Frengki Napitupulu

Related post