MENANTI UJUNG LANGKAH MENGATASI DEFISIT BERAS (BAGIAN 1)

 MENANTI UJUNG LANGKAH MENGATASI DEFISIT BERAS (BAGIAN 1)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit

Setiap menjelang pemilu, petani, nelayan dan keluarganya jadi komoditas “seksi.” Siapa berhasil memikat hati petani yang diperkirakan berjumlah sekitar 120 juta jiwa dipastikan meraih banyak suara. Itu sebabnya tiap kampanye calon presiden/ calon wakil presiden selalu mengangkat tema kebutuhan pokok, nasib petani, dan pangan menjadi isu utama.  Kita tahu bahwa penduduk miskin sangat rentan terhadap kenaikan harga pangan. Itulah sebabnya bantuan sosial ( bansos) diberikan dalam bantuan pangan cadangan beras pemerintah (CBP). Penetapan CBP berasal dari dana operasional Presiden yang berasal dari APBN yang pembahasannya dilakukan bersama DPR dan pihak terkait.

Merenungkan yang terjadi pada awal tahun 2024, bansos yang dibagikan pemerintah merupakan bansos tambahan untuk melindungi masyarakat miskin dan rentan dari kenaikan harga komoditas serta memitigasi resiko pangan akibat El Nino yang menurunkan produksi pangan, terutama beras. Pemerintah menerapkan program perlindungan sosial (Perlinsos), strategi untuk menjaga ketersediaan pangan dan daya beli masyarakat melalui Program Bantuan Pangan dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kemelut terkait stok beras selama ini memang menunjukkan ada masalah dalam tata kelola pangan kita. Produksi dan produktivitas terus menurun di tengah meningkatnya konsumsi. Kita juga masih terus berkutat dengan problem terkait mahalnya pupuk, benih, dan alih fungsi lahan pertanian yang tidak kunjung selesai. Perum Bulog sering kedodoran dalam stabilisasi harga.

Berbagai instrumen pengendalian harga juga tak sepenuhnya efektif. Belum lagi dampak perubahan iklim dan geopolitik global. Pemerintah gagap mengantisipasi semua itu.

Akhir-akhir ini media arus utama maupun media sosial banyak menyuguhi publik dengan gelar operasi pasar pangan murah menjelang hari raya Idul Fitri atau Lebaran karena adanya defisit beras. Lonjakan harga pangan tak hanya membuat target inflasi 2024 sebesar 1,5- 3,5 persen semakin berat. Memang, inflasi pangan yang bersumber dari komponen harga pangan bergejolak (volatile food) telah menjadi penyumbang terbesar angka inflasi nasional sekarang  ini.  Pemerintah daerah pun dihimbau menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan dalam upaya pengendalian inflasi yang disebabkan komoditas kebutuhan pokok, khususnya beras.

Harga beras dan bahan pokok lainnya melambung tinggi membuat masyarakat banyak yang mengeluh. Harga beras medium masih bertengger di Rp 14.000 per kilogram. Beras premium harganya mulai dari Rp 17.000 hingga Rp 20.000 per kilogram. (Bersambung).

Related post