Jalan Terjal Kesejahteraan Membayangi Pekerja Migran Perempuan (Bagian 1)

 Jalan Terjal Kesejahteraan Membayangi Pekerja Migran Perempuan (Bagian 1)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit.

Generasi muda di negeri ini enggan menjadi petani karena ada kekhawatiran tentang masa depan pertanian, tidak membuat hidup lebih baik. Hal ini terlihat dari jumlah rumah tangga petani, serta lahan pertanian cenderung menurun setiap tahun. Krisis biaya hidup jadi resiko terbesar yang mendominasi. Mereka memilih menjadi pekerja migran di negeri orang dengan pengharapan akan mendatangkan pendapatan yang lebih besar. Pasar kerja luar negeri mengimbangi permintaan akan buruh pabrik industri dan perkebunan bagi laki-laki serta asisten rumah tangga (ART) bagi perempuan. Lebih parah lagi, perempuan pekerja migran ini adalah orang miskin, dan mereka yang kurang pendidikan. Harapannya, menjadi pekerja migran lebih menjanjikan kesejahteraan yang lebih baik bagi keluarga. Kita hormati itu, tetapi upah layak dan tingginya resiko kekerasan dalam pekerjaan  bagi pekerja migran perempuan masih sering diabaikan. Kegundahan menguatnya eksploitasi tenaga kerja membuat emosi-emosi negatif seperti frustrasi, kecemasan, kemarahan, kesedihan, dan rasa malu jadi jalan terjal menuju kesejahteraan yang diangankan. Tak kalah menarik kegagalan mendaki jalan terjal itu pun membawa resiko pulang ke negeri asalnya dengan uraian air mata. 

Meskipun di berbagai belahan dunia masih banyak mengalami tantangan bahkan, banyak pihak yang terkesan alergi mendengar istilah kesetaraan jender dalam pendidikan, pekerjaan, feminisme, dan inklusivitas. Tetapi  harus diakui, paradigma, tata nilai,dan mind-set terhadap pengarusutamaan jender  telah banyak berubah serta meningkat secara bertahap.

Swedia adalah salah satu negara dengan pengarusutamaan jender yang dianggap terbaik di dunia hingga membawa perekonomiannya menjadi maju, bisa menjadi salah satu rujukan. Semua berawal dari kesadaran pentingnya melibatkan perempuan di segala aspek kehidupan dan pembangunan keluarga adalah tanggung jawab seluruh masyarakat. Kini, Swedia merupakan salah satu negara dengan penerapan teknologi canggih tertinggi di dunia.

Merunut perjalanan bangsa ini ke belakang, dimulai dari tahun 1842, aturan wajib belajar pendidikan dasar untuk semua anak perempuan Swedia sudah diberlakukan. Kemudian tahun 1927 ada aturan perempuan sudah boleh mengikuti pendidikan sampai Perguruan Tinggi.

Arab Saudi,menggairahkan perekonomiannya dengan pemberdayaan perempuan. Keterlibatan perempuan dengan jabatan tinggi di berbagai perusahaan turut menggairahkan ekonomi dan bisnis. Berawal dari Juni 2018, kala itu Raja Salman mengumumkan perempuan Arab Saudi diperbolehkan memiliki surat izin mangemudi(SIM). Berbusana yang lebih bebas,mulai dari busana berbalut _ripped jeans_, berhijab modis kadang dengan tas  bermerek butik papan atas. 5 tahun kemudian, tepatnya 12 Februari 2023, Arab Saudi memutuskan menyiapkan dua perempuan Rayyanah Barnawi dan Mariam Fardous menuju antariksa yang dijadwalkan berangkat pada triwulan II-2023. Dengan pemilihan waktu itu mereka berpeluang merayakan Idul Fitri di antariksa. Kini, perempuan Arab Saudi bukan hanya bisa keluar rumah sendirian, melainkan akan mencapai luar angkasa bersama astronot pria sebagai salah satu wujud emansipasi.

Sejak lama, Indonesia telah memiliki keberterimaan terhadap perempuan sebetulnya bukanlah hal yang baru dikenali. Sejarah kepemimpinan Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga pada 674-695 Masehi, merupakan emansipasi perempuan pertama di Nusantara. Feminis lainnya, namanya Malahayati. Ia hidup di tahun 1550-1615. Ia juga merupakan Laksamana (panglima angkatan laut) perempuan pertama di dunia. Pemberdayaan perempuan mengalami tren positif dari waktu ke waktu, menerima modernitas,dan menghargai perempuan.

Menilik relasi emansipasi dan pengarusutamaan jender ini terus bertransformasi sehingga  mempunyai peluang perempuan bisa menjadi apa saja sekarang ini. Tidak hanya menjadi kepala desa, Bupati, Gubernur, Menteri, bahkan sudah pernah ada yg terpilih menjadi Presiden.

Soal kesetaraan jender, dimensi kultural hak waris perempuan, dan pergumulan berat masalah keluarga juga sudah dialami oleh orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Lama. Dalam hal ini Kitab Rut 1: 1-22, bisa menjadi lesson learn atas pilihan-pilihan yang harus dilakukan.

Berawal dari kelaparan yang terjadi di Betlehem,Naomi dengan suaminya Elimelekh dan kedua puteranya Mahlon dan Kilyon harus mengungsi (migrasi) ke  daerah Moab untuk menetap disana sebagai orang asing. Tak berhenti disitu, di Moab suaminya meninggal disusul kedua puteranya yang keduanya sudah mengambil perempuan Moab, yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka disitu kira-kira sepuluh tahun lamanya. Naomi merasa berada di persimpangan jalan,tak ada lagi yang diperjuangkannya di negeri orang,dan akhirnya memutuskan pulang ke negeri asalnya, Betlehem. Naomi pulang ke Betlehem bersama salah satu  menantunya yang baik hati yang bernama Rut. Naomi berkata bahwa Tuhan telah melakukan banyak hal yang pahit kepadanya. Ia pergi dengan tangan penuh, namun dengan tangan kosong Tuhan memulangkannya.

Mungkin kita berpikir tak habis-habisnya penderitaan yang dialami Naomi. Masalah timbul karena ketidakmampuan Naomi mengadakan pilihan hidup (Ulangan 30:15-16) dan ketidak mampuan membendung tawaran menggunakan jalan pintas akibat kebutaaan rohani. Kebutaan rohani yang dimaksud adalah ketidakmampuan dalam memahami, mengindentifikasi jalan pintas yang sangat menggiurkan dimaksud.  Naomi dalam hal ini membiarkan dirinya dikendalikan kedagingan yang egois, dimana masalah mengalahkan imannya pergi ke Tanah Moab yang sudah terkena murka Tuhan. Jalan pintas jangan dianggap pantas untuk meredam murka Tuhan atas Tanah Moab. Sebab, Bileam disuruh raja Moab, Balak bin Zipor untuk mengutuk Israel ketika bangsa itu keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Sementara bangsa Israel disuruh menyembah Baal-Peor dan bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab (Bilangan 22-25). 

Jika berkaca dari kehidupan Naomi, bagaimana dalam waktu yang tidak singkat, ia diterpa berbagai petaka, penderitaan secara bertubi-tubi. “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana” (Amsal 19:21). Di balik semua tragedi itu, kita dapati masih ada sesuatu yang baik dan misteri dalam perjalanan hidupnya. Bahwa Tuhan itu baik, selalu menyertainya hingga mengalami extraordinary blessing yang menyimpan kasih karunia bersama Tuhan. Hal itu tampak terlihat ketika Boas orang kaya Betlehem itu mengembalikan milik pusaka Elimelek dan kedua puteranya Mahlon dan Kilyon yang telah meninggal itu kepada Naomi (Rut 4:9). Selaras dengan ketetapan Musa dan Imam Eleazar di tepi sungai Yordan dekat Yerikho yang memberikan hak waris bagi keempat anak-anak perempuan Zelafehad bin Hefer: Mahla, Noa, Hogia dan Tirza (Bilangan 27:1-7). Meski misteri tentang waktuNya  tersembunyi, kita dapat berpegang pada hikmatNya yang tak tertandingi. Naomi selamat hanya karena kasih karunia Tuhan. Setelah Naomi merendahkan diri dihadapan Tuhan,maka murka Tuhan surut  dan Tuhan memberikan kasih karuniaNya kepada Naomi. Selanjutnya, dalam hidupnya kemudian Boas mengambil Rut menjadi isterinya, lahirlah anak laki-laki yang diberi nama Obed. “Obed memperanakkan Isai dan Isai memperanakkan Daud” (Rut 4: 22). Rut memiliki peran besar dalam sejarah bangsa Yahudi yang menjadi leluhur dari Yesus Kristus Juruselamat dunia (Matius 1:5). 

Related post