Deklarasi Kunmin dan Kepedulian Mencegah Punahnya Keanekaragaman Hayati

 Deklarasi Kunmin dan Kepedulian Mencegah Punahnya Keanekaragaman Hayati

Deklarasi Kunmin

Lebih dari 100 negara berjanji untuk menaruh perhatian pada perlindungan habitat dalam pembuatan keputusan pemerintahan. Janji tersebut tertuang dalam Convention of Biological Diversity (CBD) merupakan hasil Conference of Parties ke 15, atau disebut COP 15 yang diselenggarakan oleh PBB di Kunming, Cina. Konferensi ini dilaksanakan pada dua tahapan, tahap pertama secara daring pada tanggal 11-15 Oktober 2021 kemudian tahap kedua secara tatap muka pada tanggal 25 April – 08 Mei 2022.

Deklarasi Kunming mendorong integrasi kepedulian keanekaragamanhayati dalam segala sektor ekonomi global. Spesies tanaman dan hewan mengalami proses kepunahan tercepat dalam 10 juta tahun terakhir sehingga politisi, ilmuwan dan ahli perlu menaruh landasan kerja untuk Pakta baru dalam menyelamatkan Keanekaragaman Hayati.

Dalam perjanjian sebelumnya yang ditandatangani di Aichi, Jepang, tahun 2010,  pemerintah berbagai negara telah setuju terhadap 20 target untuk memperlambat kehilangan dan melindungi habitat Keanekaragaman Hayati di tahun 2020, tapi target-target itu tidak pernah tercapai.

Deklarasi Kunmin

Cina, Uni Eropa dan Jepang merupakan sebagian negara yang berjanji untuk menggunakan dana lebih banyak untuk memperlambat kepunahan spesies sebagai persiapan Pakta Keanekaragaman Hayati Global yang baru.

Presiden Cina XI Jinping berjanji memberikan 1,5 miliar Yuan sebagai bagian dari “Dana Kunming Keanekaragaman Hayati.” Prancis dan Inggris juga berjanji untuk mengarahkan dana iklim untuk melindungi KH, sementara Jepang mengumumkan penambahan 17 juta dolar untuk dana konservasinya.

Sebagai upaya untuk menyelamatkan alam PBB telah mendorong negara-negara berkomitmen melindungi dan melestarikan 30% dari seluruh daerah masing-masing pada tahun 2030 atau disebut “30 pada 30”.

Alice Hughes, seorang pakar biologi yang ikut menghadiri konferensi tersebut mengatakan bahwa penerapan target “30 pada 30” mungkin tidak cocok untuk semua negara. Seperti negara Cina yang hampir seluruhnya dataran tanah yang telah memiliki konservasi-konservasi alam yang melingkupi 18% daerahnya. Atau seperti negara Indonesia atau Brazil yang jika menerapkan “30 pada 30” malah dapat mendorong penebangan hutan dan pembukaan lahan baru.

Elizabeth Mrema, sekretaris eksekutif CBD mengatakan bahwa banyak hal yang telah dicapai dalam COP tahap pertama ini. Kesepakatan konferensi akan diterjemahkan menjadi aksi nyata dalam mengurangi kepunahan keanekaragaman hayati.

Stella Pardede

Related post