Dalihan Na Tolu, Filosofi Keseimbangan dan Harmonisasi Hidup

 Dalihan Na Tolu, Filosofi Keseimbangan dan Harmonisasi Hidup

Sumber Foto : Twitter Muri_Org

Masyarakat Batak Toba tidak bisa dipisahkan dari sistem kekerabatan yang erat. Kekerabatan itu mengikat dalam ruang sosio kultural dan etika fungsional kehidupan. Sistem kekerabatan itu diatur dalam satu ruang filosofis bernama Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu secara sederhana dipahami sebagai “tungku yang berkaki tiga”. Nilai utama yang diusung adalah keseimbangan hidup dengan anti diskriminasi dan menolak stratifikasi sosial yang hirearkis.

Dalihan Na Tolu terdiri dari somba marhulahula, elek marboru, manat mardongan tubu. Hulahula adalah marga pemberi istri yang nilai penghormatan kepadanya dianggap lebih tinggi. Nilai penghormatan itu yang membuatnya mesti diperlakukan dengan somba (bukan sembah). Terminologi somba sesungguhnya adalah kehormatan dan kemuliaan.

Boru adalah marga penerima istri. Nilai yang diusung orang Batak Toba adalah memberi kasih sayang dan kelembutan kepada anak perempuannya. Terminologi elek mengarah kepada sikap yang selalu membujuk, tidak kasar dan penuh kesabaran.

Dongan tubu adalah teman semarga. Konsep teman semarga bagi orang Batak Toba adalah sama rata sama rasa. Terminologi manat adalah kehati-hatian dalam bersikap untuk mencegah perpecahan dan kesalahpahaman.

Salah satu logika berpikir mengapa Dalihan Na Tolu memegang teguh prinsip keseimbangan yang mutlak adalah semua marga pada saat yang bersamaan memiliki posisi yang sama di masing-masing relasi. Marga tertentu yang menjadi hulahula pada saat yang sama bisa menjadi boru di marga yang lain dan tentu saja semua pihak memiliki teman semarga.

Dalihan Na Tolu secara fungsional akan berjalan dengan sendirinya. Dalam etika pergaulan, prosesi adat istiadat, bahkan dalam pola komunikasi akan terlihat posisi masing-masing dengan kesadaran penuh.

Solidaritas dan empati orang Batak Toba sejatinya akan tetap bertahan jika Dalihan Na Tolu dipegang erat dan dilestarikan di segala jaman. Hal ini perlu diwariskan di segala generasi untuk menciptakan harmonisasi yang sejati dan kokoh.

Frengki Napitupulu

Related post