Tradisi Ziarah Berbingkai Budaya dan Agama (Bagian 1)

 Tradisi Ziarah Berbingkai Budaya dan Agama (Bagian 1)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit. Penulis Buku “Keceriaan Masa Pensiun”

Perjumpaan Budaya Batak dan Injil

Sebelum Injil datang ke Tanah Batak secara khusus Batak Toba,Tanah Batak telah memiliki adat dan budaya. Telah mempunyai bahasa dan tulisan atau aksara Batak. Ratapan (andung) musik dan alat musik tertentu seperti Ogung, Sarune, Taganing, Hasapi, Sordam dan lain-lain,disamping  karya seni lainnya seperti Gorga,dan Ulos tenun. Juga telah mempunyai mitos tersendiri tentang penciptaan bumi dengan segala isinya dan pendekatan pengetahuan tentang kosmologi.

Orang Batak telah mempunyai aliran kepercayaan yang disebut Ugamo Parmalim. Pengimanan kepada Debata Mulajadi Nabolon dipahami sebagai pencipta yang tinggal di dunia atas (Banua GinjangManusia hidup berkumpul dan membangun relasi di dunia tengah (Banua Tonga).

Sedangkan ilah di dunia bawah (Banua Toru) adalah roh-roh nenek moyang yang disebut begu (roh manusia yang telah meninggal dunia).  Lingkaran ketergantungan antara roh nenek moyang dengan keturunannya yakni berkat dan kutuk ditentukan oleh para begu itu. Jika keturunan semakin banyak dan rajin memberikan pelean (sesajen) kepada roh-roh nenek moyang maka kedudukan roh nenek moyang di dunia roh naik/ meningkat menjadi  sumangot ( bakal calon sesembahan). Semakin banyak keturunan dan semakin rajin memberikan sesajen,roh pun meningkat lagi menjadi Sombaon (sesembahan).

Alur tingkatan inilah yang menyebabkan ketergantungan antara roh nenek moyang dengan keturunannya saling terikat satu sama lain. Keturunan terikat kepada roh nenek moyang karena mereka adalah sumber berkat panjang umur,kekayaan dan kesehatan. Jika keturunan lalai mereka akan disakiti para begu,mudah terserang penyakit dan berusia pendek. Sebab,sejak dalam kandungan sampai dikubur mereka sudah terkungkung dalam pengendalian para begu, ilah dunia bawah.

Orang Batak mempunyai kebanggaan tersendiri tentang adat dan budayanya itu. Itu sebabnya,ketika Tuan Burton dan Ward datang ke Tanah Batak tahun 1864, para Pemuka Batak menolaknya dan berkata, “Kami merasa tidak sanggup meninggalkan tradisi-tradisi adat kami,yang telah menjadi bagian dari tubuh kami. Tidak sebagian dari tradisi ini dapat diubah. Tetapi jika anda mau membawa kami kepada kekayaan dan kejayaan, kami siap untuk menerima anda dan mendengarkan anda” (Paul B Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan.  terjemahan, BPK Gunung Mulia,1975.)

Di kemudian hari ternyata orang Batak yang tadinya fanatik itu berangsur-angsur dapat diruntuhkan oleh penyebaran agama Kristen atas jasa Missionaris Jerman Dr Ingwer Ludwig Nommensen yang memasuki daerah pedalaman Tanah Batak dan diberi gelar  Ompu Nommensen  yang meninggal dan dikuburkan/dimakamkan di Sigumpar.

(Bersambung)

Related post