Pada Workshop Tortor Dan Ulos Batak, Pdt. Banner Serukan: “Tortor dan Ulos adalah Identitas Kita!”

 Pada Workshop Tortor Dan Ulos Batak, Pdt. Banner Serukan: “Tortor dan Ulos adalah Identitas Kita!”

Workshop Tortor dan Ulos Batak

HKBP Rawamangun melalui Seksi Perempuan Huria (SPH) menggelar Workshop Tortor dan Ulos Batak. Kegiatan yang berlangsung pada Kamis (1/9/2022) ini merupakan salah satu implementasi dari Tahun Kesehatian yang menjadi program pelayanan SPH dalam bidang pelayanan pendidikan.

SPH HKBP Rawamangun bergerak bukan hanya sebagai wadah persekutuan dan bernyanyi semata, namun turut juga aktif dalam berbagai bidang pelayanan lainnya sebagaimana kegiatan yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan.

Kegiatan Workshop Tortor dan Ulos Batak yang digelar menghadirkan narasumber Ny. Lasnur Maya Sitohang. Kegiatan ini diikuti 190 orang perempuan HKBP Rawamangun, perwakilan persekutuan perempuan lainnya dan juga perempuan perwakilan wijk.

Foto Bersama

Rangkaian kegiatan diawali dengan ibadah yang dilayani St. Rusmawaty br. Manurung sebagai liturgis dan Pdt. Benhard Pangaribuan sebagai pengkhotbah. Acara juga diisi dengan kata sambutan dari pelaksana bidang pendidikan Ny. Haba Nababan br. Simanjuntak, Ketua SPH HKBP Rawamangun Ny. Tienche br. Pangaribuan.

Pendeta HKBP Resort Rawamangun Pdt. Banner Siburian menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan SPH seraya mengajak para perempuan HKBP Rawamangun untuk mencintai budaya Batak secara proporsional. Ia juga menyerukan bahwa Tortor dan Ulos (bersama Gondang) adalah karya seni tari dan tekstil Batak, sejajar dengan Batik Jawa misalnya atau Brokart Prancis. 

Workshop Berlangsung di HKBP Rawamangun

Selanjutnya Pdt. Banner menegaskan bahwa Ulos dan Tortor adalah bagian dari identitas diri jemaat HKBP sebagai orang Batak. “Jangan sampai zaman modern membuat kita kehilangan jati diri atau identitas diri, meskipun harus tetap kita garami dan terangi dengan kasih dan Firman Allah,” tegas Pdt. Banner.  

Komponen budaya ada baiknya dipakai sebagai sarana untuk memuji Tuhan, bukan menyembah berhala. Tortor dan Ulos tidak boleh menjadi muatan untuk membelenggu sesama, tetapi harus memerdekakan. Misalnya Tortor, tidak boleh lagi membeda-bedakan apakah mereka sudah menikah atau belum, memiliki anak atau belum, memiliki anak laki-laki atau perempuan, dan lain-lain.

Para Perempuan Mengenakan Ulos

Kegiatan Workshop dikemas apik yang dipandu MC Sekretaris SPH Ny br Simbolon, lalu dibuka secara resmi oleh Pendeta HKBP Resort Rawamangun. Di akhir acara, Pdt. Banner mengajak para perempuan untuk mencintai budaya Batak dan mengenakan Ulos dalam ibadah-ibadah gereja.

Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung dengan interaktif yang diisi dengan beberapa sesi diskusi. Acara pun diakhiri dengan doa penutup yang dilayani Pdt. Banner Siburian.

Related post