Desentralisasi Keuangan HKBP Dan Dampak Bagi “Kemacetan” Mutasi Pelayan

 Desentralisasi Keuangan HKBP Dan Dampak Bagi “Kemacetan” Mutasi Pelayan

Penulis : Pdt. Bernard Manik MTh (Praeses HKBP Distrik VIII DKI Jakarta)

Masalah mutasi pelayan penuh waktu adalah persoalan yang sangat klasik di HKBP. Sudah menjadi rahasia umum bahwa masalah tersebut banyak energi, waktu dan bahkan bisa “mempertaruhkan” keutuhan jemaat serta reputasi pelayan. Tidak jarang ada pelayan yang harus dikenai sanksi administratif semisal surat peringatan hingga skorsing. Dari waktu ke waktu, dari periode ke periode hal mewarnai pelayanan dan perputaran pelayan penuh waktu HKBP.

Ada banyak faktor yang memengaruhi terjadinya permasalahan mutasi. Sebut saja karena hubungan yang sangat baik antara si pelayan dan jemaat yang dilayaninya, sehingga mereka enggan merelakan si pelayan untuk meninggalkan mereka, apalagi kalau si pelayan menorehkan pelayanan yang begitu baik dan tidak pernah terjadi masalah selama pelayanannya di gereja tersebut. Kalau sudah demikian, ketika SK perpindahan si pelayan turun, jemaat dan parhaladopun berusaha untuk menunda atau membatalkan SK perpindahan dengan berbagai cara. Apabila hal itu disambut baik oleh si pelayan, persoalan akan semakin “runyam”, karena diapun akan berusaha untuk tidak meninggalkan jemaat yang dilayaninya.

Faktor penyebab lainnya adalah, apabila si pelayan dipindahkan dalam waktu yang relatif singkat yang didasari oleh beberapa hal, misalnya karena dipromosikan ke suatu posisi pelayanan tertentu, atau mungkin karena kehadirannya di jemaat yang dia layani menjadi sumber masalah, sehingga untuk mencegah persoalan semakin melebar, pimpinan mengambil kebijakan untuk memutasikannya sekalipun waktu pelayanannya masih sangat singkat. Biasanya peristiwa seperti ini akan berbuntut panjang, karena jemaat dan parhalado akan terpecah-pecah, ada yang medukung perpindahan si pelayan dan ada pula yang menolaknya untuk pindah. Terjadilah keributan di tengah jemaat, terjadi pro kontra antara jemaat/parhalado yang menolak perpindahan si pelayan dan ada pula yang mendukung perpindahan tersebut.

Hal di atas akan berpengaruh besar kepada semua aspek pelayanan. Pelayanan akan sangat terganggu, dan bisa terjadi kekerasan fisik, misalnya saat pelantikan pelayan yang baru. Pihak yang kontra terhadap SK pelayan baru akan berusaha menggagalkan pelantikan/pangojakhonon, sementara pihak yang mendukung perpindahan akan berusaha meloloskan acara pelantikan. Tidak jarang harus melibatkan pihak kepolisian agar terhindar dari bentrok fisik yang membahayakan.

Mengapa si pelayan yang mendapat SK mutasi dari pimpinan begitu yakin untuk tidak mau pindah? Desentralisasi bisa saja menjadi salah satu faktor. Si Pelayan yang bermasalah ternyata tidak punya kekuatiran akan keberlangsungan kehidupan keluarganya, sebab sumbernya adalah jemaat yang dilayaninya. Dan jika gereja yang dilayaninya sampai pada titik perpecahan hingga harus terjadi pemisahan pelaksanaan ibadah, diapun akan merasa aman-aman saja. Jemaatnya akan semakin antusias dan berempati untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan melebihi dari biasanya. Tetapi apapun ceritanya, hal ini berakibat buruk bagi jemaat, karena sudah terpecah, demikian juga bagi dirinya sendiri karena sudah melekat catatan buruk.

Tentunya hal ini akan dapat diminimalisir jika sentralisasi keuangan di HKBP terwujud. Biaya hidup pelayan penuh waktu dikirimkan dari kantor pusat, bukan dari jemaat yang dia layani. Kantor pusat menjadi lebih berwibawa, sebab keputusan-keputusannya akan terlaksana dengan baik, termasuk keputusan terkait mutasi pelayan. Tentunya kantor pusat akan membuat keputusan yang didasari oleh kasih dan para pimpinan memutuskan segala sesuatu di dalam takut akan Tuhan. Maka jika seorang pelayan penuh waktu mendapat SK mutasi, wajiblah dia mengindahkannya. Sebab jika tidak, biaya hidup keluarganya tidak akan dikirimkan, tetapi akan dikirimkan jika dia sudah melaksanakan SK perpindahannya. Dengan demikian, kemacetan  perpindahan yang merupakan persoalan besar dan klasik di HKBP bisa diatasi dan diminimalisir. HKBP pun semakin terhindar dari konflik dan lebih memusatkan perhatiannya kepada peningkatan pelayanan. Tuhan memberkati Gerejanya HKBP.

Stella Pardede

Related post