Bersukacita dalam Tari dan Nyanyi (Bagian 3)

 Bersukacita dalam Tari dan Nyanyi (Bagian 3)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit. Penulis Buku “Keceriaan Masa Pensiun”

Efek Multiplier

Tarian mempunya sejarah panjang di bumi Nusantara dari mulai musik gamelan, kolintang, tifa hingga gondang turut mewarnai khazanah tari di Tanah Air. Sampai sekarang ini,para penari terus berhasrat melakoni hidup di kekinian dalam suka dan duka,  menggeluti  pentas dunia tari.  Relasi pertunjukan pun dibangun di atas harapan, meraih kemakmuran dari efek multiplier (multiplier effect) dan kerja sama yang saling menguntungkan (mutual benefit) untuk bisa bertahan. Dalam efek multiplier, dua hal atau lebih bisa saja muncul bersamaan sangat terkait sebab-akibat.

Mengulik musik tradisi menjadi musik kontemporer memberikan kebaruan tanpa menghilangkan keotentikan tari dan musik tradisi terus berinovasi. Terlepas dari pilihan alat musik pengiringnya, modern atau pun tradisional para penikmatnya lintas generasi sampai saat ini. Keseruan dalam Tarian Poco-Poco dan Senam Maumere menampilkan kekayaan budaya turut menjadi penguat semangat bersama menjaga Kebhinnekaan Indonesia.  Bahkan, di sisi lain terkait dalam jagat berkesenian nyanyi dan tari kian menggeliat ketika diunggah sebagai Non-Fungible Token (NFT). Karya seni NFT semata-mata sebagai karya seni digital teregistrasi  atau tercatat di dalam teknologi rantai blok atau “blockchain” internet. Rantai blok internet menyimpan dan memberikan informasi perjalanan karya.

Sementara itu, para seniman kontemporer mengarahkan karya seni di pasar dengan membingkai ulang peran data melawan elitisme. Di situ ada penggalian finansial secara mandiri yang menguntungkan bagi seniman atau kreator dengan adanya kesepakatan terkait pendapatan royalti. Ini berguna bagi upaya membangun sebuah pengakuan sosial terhadap seniman dan pengakuan pasar terhadap karya-karyanya. Dengan menyuguhkan dan mendongengkan karya-karyanya dalam NFT, segala hal yang bersifat fisik, tangible, weight, perlahan surut keutamaannya diganti yang virtual. Ada dua irisan besar dunia NFT, yaitu Utilities dan Artist (seniman kripto), keduanya sama-sama mempunyai peluang. Artist berfungsi sebagai kreator, sedangkan Utilities sebagai pemanfaat. Kedua irisan besar tersebut didukung oleh komunitas yang mempunyai daya pengaruh besar. Salah satu nilai positif dari sistem NFT ini adalah gairah seniman untuk produktif berkarya dan bisa mengandalkannya di masa depan. Karya- karya seni kripto berupa citra digital yang menekankan bahwa pada dasarnya, NFT itu untuk menandai apa yang dimiliki dan oleh siapa terekam di dalam sistem teknologi “blockchain” atau rantai blok NFT.

Berbagai macam tari budaya Nusantara seperti, Saman, Cindei,Serimpi, Gambyong, Tayub, Kecak, Pendet, Jaipongan, Tortor sampai Dansa Massal Poco-poco dan Senam Maumere hingga gebukan tifa serta tiupan suling  menjadi pengingat jatidiri orang di negeri ini. Menampilkan kreativitas dan ekspresi dalam musik dan tari yang memberi ruang-ruang gagasan seni yang lebih bervariasi,terus berinovasi dari tradisional sampai kontemporer, termasuk mengalirkan “cuan” bagi pertunjukan nyanyi dan tari. 

Sekilas dari luar tak ada yang istimewa dari seni pertunjukan Sigalegale di Tomok, Kabupaten Samosir. Hanya bermodalkan tenda putih dan sebagian orang mengerjakan yang terkait  kursi, bangku panjang dan administrasi dan panggung menunjukkan tanda-tanda beroperasi. Musik tradisi berupa Taganing biasanya dipakai untuk mengiringi Tarian Tortor para pengunjung. Menari atau Manortor dalam cerita rakyat Sigalegale dieksplorasi  lewat karya seni tari, yang merekam kehidupan dengan segala riaknya. Disinilah peran pegiat seni pertunjukan harus fleksibel dalam berkarya sekaligus ekosistem seni tari mendorong sektor usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar mampu menyerap tenaga kerja dan menggalakkan turisme di kawasan Danau Toba (KDT). Apabila seni pertunjukan yang memuat aspek musik, tarian, dan teater bersanding dengan sektor pariwisata yang sedang menggeliat secara bersama pasti memberikan secercah harapan bagi masyarakat sekitar dengan efek multiplier ekonomi yang dihasilkannya.

Memang menantang, mengulik musik tradisi menjadi musik kontemporer memberikan kebaruan tanpa menghilangkan keaslian musik tradisi. Bisa saja menggabungkan beragam genre musik Jazz, Hiphop, Rap, RnB dengan genre Tarian Tortor dari tradisional hingga kontemporer. Secara bersamaan akan mengubah “mindscape” (peta kreativitas) yakni memaksa kita berdiferensiasi, beradaptasi untuk menghidupi seni pertunjukan dengan tren suka berbelanja yang terhubung satu dengan yang lain. Ratusan orang datang tidak semata karena wisata alam, atau daya pikat tariannya memesona, namun sekaligus membuat mereka royal berbelanja.

Pada akhirnya, seni pertunjukan disambut khalayak, karya yang memesona, kreatif, energik dan inspiratif menjadi katalis pertumbuhan ekonomi nasional. Para seniman melihat sinar terang dalam jagat berkesenian. Ekonomi menggeliat, restoran buka, begitu juga penginapan, homestay maupun hotel. Menyanyi dan menari menemukan kedamaian hati  mendorong kita memanisfestasikan diri sebagai anak-anak terang. Menyembah Tuhan dalam nyanyian dan tari adalah bentuk pelayanan kepada Dia serta yang berkenan kepadaNya. “Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kau buka, pinggangku Kau ikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagiMu dan jangan berdiam diri. Tuhan Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu” (Mazmur 30: 12-13). (Selesai)

Related post