A Happy Life – Hidup Bahagia

 A Happy Life – Hidup Bahagia

Pdt.Deonal Sinaga Kadep Koinonia HKBP

Setiap orang menginginkan kebahagiaan. Hidup bahagia adalah cita-cita dan kerinduan semua orang. Tak terkecuali saudara dan saya. Kita ingin hidup bahagia, bukan?

Namun apakah saya bahagia? Apakah saudara bahagia? Ini adalah pertanyaan yang sangat personal. Baiklah kita menjawabnya dalam relung hati kita.

Mungkin pertanyaan paling relevan untuk kita diskusikan adalah: bagaimana menggapai kebahagiaan? Ternyata, untuk menggapai kebahagiaan tidaklah terlalu sulit.

Untuk menggapai kebahagiaan hidup, kita tidak harus sejenius Albert Einstein atau sehebat Mark Zuckenberg atau sekaya Jeff Bezos.  Sekali pun kita akan bersyukur, jika bisa sehebat mereka. Namun, dengan keberadaan kita seperti sekarang ini dan dalam kondisi kita saat ini, kita bisa hidup bahagia.

Seneca, atau dengan nama lengkap Lucius Annaeus Seneca, filsuf yang banyak memengaruhi budaya dan peradaban kekaisaran Romawi mengatakan:

“Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah menikmati keadaan saat ini tanpa harus khawatir akan masa depan. Sebaliknya merasa puas dengan apa yang dimiliki.”

Karena, demikianlah menurut Seneca, orang bijak cukup senang dan puas (content) dengan apa yang dimilikinya, tanpa hasrat memiliki apa yang bukan miliknya.

Sebagai seorang pendukung filsuf Stoa, Seneca menekankan bahwa kebahagiaan atau penderitaan, terletak pada pikiran dan cara pandang kita terhadap sesuatu.

Dia katakan, “we suffer more often in imagination than in reality”. Kita lebih sering menderita karena pikiran atau bayangan kita, dan bukan karena kenyataan yang sesungguhnya.”

Karena itu, yang paling penting adalah pola pikir dan pandangan terhadap realitas. Kita bisa menikmati kebahagiaan dengan hanya sekedar keluar dari rumah dan melihat sekuntum bunga mawar di depan rumah. Menikmati kecantikan dan keindahan yang terpancar dari bunga itu bisa memberi sukacita bagi kita.

Kita memandang lebih jauh ada pohon-pohon yang tumbuh segar dan tegar menjadi bukti kehidupan yang harmonis dalam ekosistem kita. Dan, lebih jauh tampak bukit-bukit dan lembah yang demikian indah menjadi bukti keagungan ciptaan. Jadi hanya dengan memandang, kita sudah beroleh beribu rasa bahagia.

Socrates, salah seorang filsuf paling berpengaruh sepanjang sejarah mengatakan, “The secret of happiness is found not in seeking more, but in developing the capacity to enjoy less.”

Dia menekankan bahwa rahasia kebahagiaan itu, terletak, bukan dalam upaya mendapatkan lebih banyak kenikmatan jasmani atau kekayaan atau kekuasaan. Kebahagiaan itu mengalir dari dalam jiwa seseorang yang bersyukur dan puas dengan apa yang dimilikinya.

Jika kita merasa bahagia, maka secara spontan itu akan terpancar dari dalam diri kita melalui ekspressi wajah yang menyenangkan, senyuman yang alamiah, kata-kata yang menyejukkan, pikiran yang mencerahkan dan tentunya, pada waktunya, perbuatan nyata yang membahagiakan orang lain juga.

Semakin banyak kita membagikan kebahagiaan, maka kita kita akan semakin bahagia. Karena benar, “kebahagiaan yang dibagikan, itu bukannya berkurang, melainkan berlipat ganda.”

Karena itu, mari kita praktekkan mulai sekarang, menikmati kebahagiaan mulai dari hal yang paling sederhana…bersyukur dan bahagia dengan keberadaan kita saat ini juga, dengan apa yang kita miliki dan apa yang kita alami…!

Selamat berbahagia!

Badia Hutagalung

Related post