Tantangan Merawat Harapan Menapaki Masa Pensiun dan Lansia (Bag. 3)

 Tantangan Merawat Harapan Menapaki Masa Pensiun dan Lansia (Bag. 3)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit. Penulis Buku “Keceriaan Masa Pensiun”

Hidup adalah anugerah

Jika, kita tadinya mungkin hidup dalam dunia penuh kesibukan,  bekerja tanpa lelah hingga ada yang workaholic, kompetitif, cenderung agresif dan ambisius dalam meniti karier agar mendapat pujian dan dihargai (reward).

Namun, ibarat meniti anak tangga demi anak tangga selama puluhan tahun, kini, tibalah saatnya pensiun dalam arti berhenti dari pekerjaannya dimana dulu ia bekerja dan dituntun masuk ke satu “lorong kontemplasi” yang bisa memberi makna bahwa pekerjaan yang kita lakukan sekarang ini sebagai sarana menikmati hidup. Kata Albert Einstein, “Try not to become a man of sucess, but rather to become a man of value” – Jangan mencoba manusia sukses, jadilah manusia yang bermartabat dan bernilai luhur.  Menurut Einstein, orang sukses mengambil lebih banyak keuntungan dari kehidupan ketimbang yang ia berikan; orang bernilai memberi lebih banyak keuntungan kepada kehidupan daripada yang diterimanya.

Pengakuan atas hidup ini adalah anugerah membuat martabat Lansia terpetakan dalam  mengejar value itu. Jadilah orang yang bernilai, maka sukses pun akan mengikuti. Perlahan, kita harus belajar dan mulai mengubah pola pikir berliku untuk membantu kita mencari “kekuatan” supaya dapat mengarungi masa pensiun hingga lanjut usia. Kita tidak boleh terlalu berpegang pada sukses masa lalu. Namun, apa yang pernah berhasil kita lakukan perlu kita catat sebagai portofolio mengevaluasi nilai dan “Siapa Kita.”

Orang bijak berkata, “Menjadi tua adalah kepastian, tetapi berhikmat adalah sebuah pilihan”. Hidup penuh hikmat (wisdom) yang biasa dikaitkan dengan Raja Salomo adalah pengetahuan yang dalam  untuk memahani kejadian atau situasi yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan penilaian sesuai dengan pengertian hikmat tersebut. Terlepas dari kemampuan intelektual serta materi yang kita miliki, membutuhkan adanya “nilai-nilai uanggulan” dalam kedirian manusia untuk mewujudkan Khalifah Allah dan Imago Dei.

Rasul Paulus menegaskan tentang ini, “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang luar, pergunakanlah waktu yang ada” (Kolose 4:5). Meski tentang waktuNya berbalut misteri, kita dapat berpegang pada hikmatNya yang tak tertandingi. Cukupkanlah dirimu dalam segala keadaan. Tuhan tidak akan membiarkan anakNya berkekurangan, sebab pemeliharaanNya sempurna. “Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih” (1 Korintus 16:14). 

Maka, dalam usia yang tidak begitu produktif, kesehatian bersama pemerintah, instansi/lembaga, dukungan komunitas keagamaan dan keluarga sangatlah diperlukan dalam menghadapi masa lansia yang rentan bergejolak. 

Sudah selayaknya lansia memperoleh berbagai akses jaminan sosial untuk menunjang kesehatan dan berkelanjutan hidup yang berkualitas. Kaum lansia membutuhkan juga jaminan hari tua dari lembaga dana pensiun tempat ia bekerja. Spritualitas mereka mesti dirawat secara kontinu dan diagendakan dalam program pastoral dan konseling Gereja. Hari-hari mereka di dunia fana membutuhkan tuntunan rohani, mengayuh biduk kehidupannya. Pada akhirnya kaum lansia perlu ditopang dukungan keluarga agar mendekap mereka dalam kehangatan cinta kasih, sebagai ketaatan kita kepada Taurat Tuhan.

(Tamat)

Pada akhirnya,Tahun Kesehatian yang ditetapkan pucuk pimpinan HKBP Tahun 2022 menjadi momen spesial bagi Lansia merawat harapan menapaki masa hidup yang memerdekakan, yang melegakan, yang membahagiakan bila disambut dengan sukacita dan ucapan syukur.

Related post