Tantangan Merawat Harapan Menapaki Masa Pensiun dan Lansia (Bag. 1)

 Tantangan Merawat Harapan Menapaki Masa Pensiun dan Lansia (Bag. 1)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Anggota Jemaat HKBP Duren Sawit. Penulis Buku: “Keceriaan Masa Pensiun”

Prof Dr Shigeaki Hinohara berusia 105 tahun saat wafat pada tanggal 18 Juli 2017, telah menerbitkan lebih dari 150 buku, salah satunya adalah best-seller  “Living Long, Living Good”, yang terjual lebih dari 1,2 juta copy.

Salah satu protokol menyegarkan dari Dr Hinohara mengenai hidup dengan umur panjang dan bahagia yang berbeda dari panduan gaya hidup umumnya adalah, “Anda Tidak Harus Pensiun”. Jika Anda ingin pensiun, lakukanlah pada usia yang lebih tua, bukan di umur 65 tahun. 

Kita memahami apa yang dikatakan Dr Hinohara karena usia harapan hidup(UHH) orang Jepang,laki-laki 81,4 tahun, perempuan 87,5 tahun. Berbeda dengan UHH Indonesia, laki-laki 70 tahun,perempuan 74 tahun lebih pendek dibandingkan Singapura dan Malaysia. Sementara di Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia(Lansia) yang berumur 60 tahun ke atas terus meningkat dari tahun ke tahun secara signifikan. 

Masa Lansia juga berarti menapaki masa usia pensiun untuk banyak profesi formal di instansi pemerintah maupun  Swasta. Bahkan sebagian profesi di instansi formal, instansi pemerintah (ASN,TNI/ Polri) dan Swasta  memiliki batas usia pensiun dibawah 60 tahun. Akan tetapi, ada beberapa profesi formal yang memiliki usia pensiun  di atas 60 tahun, yang berarti warga Lansia masih aktif bekerja seperti Pendeta, Hakim Agung, dan Dosen di Perguruan Tinggi. 

Meskipun masa pensiun sangat heterogen dari segi usia, tingkat pendidikan, dan profesi, namun semuanya harus tunduk pada prosedur yang berlaku yaitu: pensiun (the end of the unemployment) yang berpotensi menyebabkan rasa kecemasan “post power syndrome”. Bahkan, manusia yang berkekuatan super sekalipun ternyata tunduk pada prosedur yang berlaku tersebut. Setelah pertempuran fantastis nan menakjubkan banyak pahlawan super dan pasukannya di lintas planet pada film “Avengers: Endgame” (2019) kehilangan jajaran Avengers yang tidak bisa dihindari. Kepergian Iron Man dan keputusan Captain America untuk pensiun. Meskipun Avengers ini adalah rekaan film, tapi ketahuilah bahwa siklus kehidupan berayun dalam diksi: pensiun, lansia dan kematian.

Kondisi pensiunan di Indonesia berbeda dengan di negara lain seperti Eropa dan AS yang ketika pensiun lapangan kerja tersedia; sikap bekerja dipengaruhi lapangan dan karakter individu, cenderung lincah menghadapi dinamika pasar kerja .Sedangkan  pensiunan Indonesia siap bekerja di mana pun asalkan dapat memberi nafkah bagi keluarga serta berusaha menikmati pekerjaan baru itu. Sehingga bila kita bertanya kepada para pensiunan Indonesia, ke mana mereka setelah pensiun? Masih banyak yang tegas mengatakan, akan beralih profesi menjadi wirausaha. Pensiunan didorong berwirausaha menciptakan lapangan kerja. Dengan begitu, ada peluang berkarya, berdaya guna serta  mampu berkontribusi atas kesejahteraan diri sendiri, keluarga untuk merdeka finansial. Kepercayaan diri memberikan keberanian untuk menjalani hidup yang penuh perjuangan ini karena kita milik kepunyaanNya. 

(Bersambung)

Related post