Memperkuat Komunikasi  Menjalin Hubungan Dengan Tuhan Dan Sesama (Bagian 1)

 Memperkuat Komunikasi  Menjalin Hubungan Dengan Tuhan Dan Sesama (Bagian 1)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit

Dalam perjalanan mengikut Tuhan kita sering dilanda kecemasan dan ingin bergantung kepada Tuhan. Tuhan adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-Nya, diluar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Tuhan adalah sumber segala yang kita perlukan sekaligus penjaga yang baik. Ia selalu punya cara untuk memelihara kita, asalkan kita senantiasa terhubung/terkoneksi (stay connected) denganNya.

Konektivitas menjadi satu-satunya jalan untuk menyalurkan sesuatu dari sumber ke penerima. Konektivitas adalah satu-satunya cara yang dipilih Allah agar manusia bersekutu dengan Allah. Cara yang Allah lakukan dengan memberikan AnakNya Yesus Kristus datang ke dunia, mati di kayu salib membuat rekonsiliasi antara manusia  dengan Allah. Keselamatan merupakan bagian terpenting dari rencana Allah, namun manusia tidak bisa mencapai Allah karena adanya dosa sebagai penghalang. Dosa membuat manusia tidak bisa lagi bersekutu dan berkomunikasi dengan Allah (Yesaya 59:1-2). Belas kasih dan anugerah melalui tindakan penebusan Allah di dalam Yesus Kristus di kayu salib telah dan menjadi Raja di bumi maupun di surga (2 Korintus 5:21).

Kita yang telah jatuh ke dalam dosa telah dilepaskan Allah dari bahaya dan ancaman yang sangat besar, yakni neraka kekal. Jalan rekonsiliasi dengan Allah bertumbuh dan berkembang dengan  komunikasi yang intens denganNya. Doa, pujian, dan penyembahan adalah jalur komunikasi kita agar bisa membina hubungan yang intim dengan Tuhan. Semisal Henokh terangkat ke surga karena bergaul intim dengan Allah (Kejadian 5:24).

“Kasih setia Tuhan menyertai kita” (Yesaya 41:10), “tinggal tenang dan percaya” (Yesaya 30:15) yang datang pada mereka yang memiliki persekutuan dengan-Nya melalui firmanNya, penyembahan dan Doa. Itu hal yang baik. Ketika muncul ancaman yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan krisis ekonomi akibat perang saling terhubung kita perlu membangun kesadaran dan persaudaraan berdasarkan identitas bersama (common identity), sebagai penduduk Planet Bumi yang sama, matahari yang sama dan makhluk Tuhan yang sama. Perubahan iklim, kehancuran ekologi, ketamakan elite mengeruk perut bumi, apakah itu nikel atau batubara adalah isu sentral yang mengakibatkan penderitaan rakyat, merusak lingkungan dan polusi udara. Sejumlah ilmuwan memperkirakan perubahan iklim mengakibatkan pemanasan global membawa dampak negatif pada produksi pangan dan mendorong ketidakstabilan sosial ekonomi yang bisa memicu potensi konflik global. Akan tetapi hal itu sering dipandang sebagai pandangan yang utopis dan dramatis belaka, karena begitu mudahnya melupakan ancaman dan solidaritas kemanusiaan kita dalam menghadapi setiap tantangan.

Komunikasi identik dengan hubungan. Komunikasi diwujudkan dalam dimensi komunikasi vertikal sekaligus horizontal. Kekuatan jalinannya mengajarkan kedekatan dengan kasih yang benar, dibangun atas dasar ketaatan dan kebenaran. Kasih bukanlah pilihan tetapi perintah, bukan sekadar ekspresi emosional tetapi tindakan secara sadar yang dilakukan untuk Tuhan dan sesama. Dampak pemulihan hubungan dengan Allah serta membangun persekutuan denganNya. Sebagaimana Raja Daud merefleksikan hubungan dekat, akrab, dan karib dengan Allah,serta ajakan kepada manusia secara universal untuk mengagungkan Allah (Mazmur 145:18). Di sepanjang masa hidupnya, ia ada dalam relasi dekat dengan Tuhan, baik selama ia menggembalakan ternak ayahnya, maupun ketika ia dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhnya. 

Demikian juga dengan kita umat percaya,membangun hubungan dengan Allah menjadikan doa sebagai “hak istimewa” bisa berbicara sebagai anak kepada Bapanya. Kita pun bisa berdoa untuk orang lain yang disebut dengan doa syafaat. Seperti yang dilakukan Musa bagi orang Israel (Ulangan 9: 19-20) telah melunakkan hati Tuhan. Peranan doa syafaat sangat menentukan sehingga murka Allah menjadi anugerah, pemusnahan menjadi penyelamatan, dan kegeraman menjadi kepedulian. Prinsip yang sama berlaku berlaku kepada kita untuk berdoa bagi orang lain. Kita akan mengalami anugerah, keselamatan dan kepedulian Allah supaya penghakiman bisa diubah menjadi pengampunan. Belajarlah taat pada tuntunanNya, sebab ada rancangan dahsyat akan terjadi melalui dan di dalam kita.

Memelihara hubungan dengan sesama, menjaga pikiran dan perilaku agar tetap selaras firmanNya merupakan panggilan setiap orang percaya.

Kehidupan berjemaat dengan sesama orang percaya dilakukan dalam persekutuan dan saling terhubung, saling menopang, dan saling mendoakan. Tetaplah berkomunikasi dan mau dikendalikan dan dituntun RohNya agar kita semakin aktif, efektif, dan produktif. Dengan demikian, oleh pertolongan dan karuniaNya, kita diserupakan dengan Kristus dan dimampukan menjadi berkat bagi sesama. Bangunlah hubungan yang sehat dengan sesama, agar baik kita maupun orang lain dapat menarik manfaat terbaik dari sebuah hubungan yaitu sama-sama bertumbuh dalam hubungan persaudaraan yang sehat di dalam Kristus. Akibatnya, Roh Kudus leluasa mempercayakan kuasa, hikmat, pewahyuan, pengetahuan, dan kemampuan untuk dituntun melakukan kehendak Bapa di surga. Sebagai orang beriman kepada Tuhan, kita harus mempercayai bahwa segala kejadian/ keadaan yang Tuhan perkenankan terjadi dalam hidup kita bukanlah rancangan kecelakaan tetapi rancangan damai sejahtera yang memberikan kepada kita masa depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11-14).

(Bersambung)

Stella Pardede

Related post